Prinsip Jurnalisme
Jurnalisme merupakan satu kesatuan yang
memiliki tujuan utama menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya kepada
warga masyarakat agar dengan adanya informasi tersebut mereka dapat berperan
membangun masyarakat yang bebas. Tujuan ini mencangkup keperluan-keperluan
lain, seperti tujuan hiburan, menjadi watchdog serta menyuarakan kepentingan
dari mereka yang tidak memiliki suara.
Dari hal inilah memunculkan sekurangnya ada 10
elemen jurnalisme. Elemen terakhir merupakan sumbangan dan Bill Kovach. Ada
sejumlah prinsip dalam jurnalisme, yang sepatutnya menjadi pegangan setiap
jurnalis. Prinsip - prinsip ini telah melalui masa pasang dan surut. Namun,
dalam perjalanan waktu, terbukti prinsip-prinsip itu tetap bertahan.[1]
1.
Kewajiban
perta jurnalisme adalah pada kebenaran.
Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan
kebenaran, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan
untuk berdaulat. Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan
sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional.
2.
Loyalitas
pertama jurnalisme adalah kepada warga masyarakat.
Organisasi pemberitaan dituntut melayani
berbagai kepentingan konstituennya: lembaga komunitas, kelompok kepentingan
lokal, perusahaan induk, pemilik saham, pengiklan, dan banyak kepentingan lain.
Semua itu harus dipertimbangkan oleh organisasi pemberitaan yang sukses. Namun,
kesetiaan pertama harus diberikan kepada warga (citizens). Ini adalah implikasi
dari perjanjian dengan publik.
Komitmen kepada warga bukanlah egoisme
profesional. Kesetiaan pada warga ini adalah makna dari independensi
jurnalistik. Independensi adalah bebas dari semua kewajiban, kecuali kesetiaan
terhadap kepentingan publik. Jadi, jurnalis yang mengumpulkan berita tidak sama
dengan karyawan perusahaan biasa, yang harus mendahulukan kepentingan
majikannya. Jurnalis memiliki kewajiban sosial, yang dapat mengalahkan
kepentingan langsung majikannya pada waktu-waktu tertentu, dan kewajiban ini
justru adalah sumber keberhasilan finansial majikan mereka.
3.
Inti
jurnalisme adalah disiplin untuk melakukan verifikasi.
Membedakan antara jurnalisme dengan hiburan
(entertainment), propaganda, fiksi, atau seni, adalah disiplin verifikasi.
Disiplin verifikasi tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksi-saksi
peristiwa, membuka sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta komentar dari
banyak pihak. Disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi
sebenar-benarnya. Dalam kaitan dengan apa yang sering disebut sebagai
“obyektivitas” dalam jurnalisme, maka yang obyektif sebenarnya bukanlah
jurnalisnya, tetapi metode yang digunakannya dalam meliput berita.
4.
Para
wartawan harus memiliki kebebasan dari sumber yang mereka liput.
Jurnalis harus tetap independen dari
faksi-faksi. Independensi semangat dan pikiran harus dijaga wartawan yang
bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. Jadi, yang harus lebih
dipentingkan adalah independensi, bukan netralitas. Jurnalis yang menulis tajuk
rencana atau opini, tidak bersikap netral. Namun, ia harus independen, dan
kredibilitasnya terletak pada dedikasinya pada akurasi, verifikasi, kepentingan
publik yang lebih besar, dan hasrat untuk memberi informasi.
5.
Wartawan
harus mengemban tugas sebagai pemantau yang bebas terhadap kekuasaan.
Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau
independen terhadap kekuasaan. Wartawan tak sekedar memantau pemerintahan,
tetapi semua lembaga kuat di masyarakat. Pers percaya dapat mengawasi dan
mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal-hal buruk, yaitu
hal-hal yang tidak boleh mereka lakukan sebagai pejabat publik atau pihak yang
menangani urusan publik. Jurnalis juga mengangkat suara pihak-pihak yang lemah,
yang tak mampu bersuara sendiri.
6.
Jurnalisme
harus menyediakan forum untuk kritik dan komentar publik.
Apapun media yang digunakan, jurnalisme
haruslah berfungsi menciptakan forum di mana publik diingatkan pada
masalah-masalah yang benar-benar penting, sehingga mendorong warga untuk
membuat penilaian dan mengambil sikap.
Maka, jurnalisme harus menyediakan sebuah
forum untuk kritik dan kompromi publik. Demokrasi pada akhirnya dibentuk atas
kompromi. Forum ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama sebagaimana
halnya dalam jurnalisme, yaitu: kejujuran, fakta, dan verifikasi. Forum yang
tidak berlandaskan pada fakta akan gagal memberi informasi pada publik.
Sebuah perdebatan yang melibatkan prasangka
dan dugaan semata hanya akan mengipas kemarahan dan emosi warga. Perdebatan
yang hanya mengangkat sisi-sisi ekstrem dari opini yang berkembang, tidaklah
melayani publik tetapi sebaliknya justru mengabaikan publik. Yang tak kalah
penting, forum ini harus mencakup seluruh bagian dari komunitas, bukan kalangan
ekonomi kuat saja atau bagian demografis yang menarik sebagai sasaran iklan.
7.
Jurnalisme
harus berusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevan.
Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk
membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar
atau ditonton. Untuk setiap naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran
yang tepat antara yang kurang serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan
hari mana pun.
8.
Wartawan
harus menjaga agar berita itu proporsional dan komprehensif.
Jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern.
Ia menciptakan peta navigasi bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat.
Maka jurnalis juga harus menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan
komprehensif. Dengan mengumpamakan jurnalisme sebagai pembuatan peta, kita
melihat bahwa proporsi dan komprehensivitas adalah kunci akurasi. Kita juga
terbantu dalam memahami lebih baik ide keanekaragaman dalam berita.
9.
Wartawan
itu memiliki kewajiban utama terhadap suara hatinya.
Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan
direksi, harus memiliki rasa etika dan tanggung jawab personal, atau sebuah
panduan moral. Terlebih lagi, mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan
sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal yang
serupa. Agar hal ini bisa terwujud, keterbukaan redaksi adalah hal yang penting
untuk memenuhi semua prinsip jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di
organisasi berita harus mengakui adanya kewajiban pribadi.
10.
Hak
dan Kewajiban terhadap berita.
Elemen terbaru ini muncul dengan perkembangan
teknologi informasi, khususnya internet. Warga bukan lagi sekadar konsumen
pasif dari media, tetapi mereka juga menciptakan media sendiri. Ini terlihat
dari munculnya blog, jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme
komunitas (community journalism) dan media alternatif. Warga dapat
menyumbangkan pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga
mendorong perkembangan jurnalisme.
[1] https://seword.com/media/9-elemen-jurnalisme-elemen-ke-10-dari-bill-kovach, diakses pada 20
Agustus 2018, pukul 11:38 WIB
Komentar
Posting Komentar